Ada Apa Dengan Ahok Yang Masih Butuh PDIP

ada-apa-dengan-ahok-yang-masih-butuh-pdip

Rakyatmerdeka.co – News Babak baru di Pilkada DKI Jakarta diprediksikan akan cukup mengejutkan. Jakarta sebagai barometer politik nasional ini jadi pertaruhan besar partai politik yang bakal maju di Pemilu 2019.

Andaikan kalah di Pilkada DKI, kemungkinan parpol itu akan tersungkur di Pemilu 2019. Sebaliknya, bila menang, peluang berhasil di pemilu semakin lebih terbuka. Inilah kenapa Jakarta begitu penting.

Calon petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok tidak mau menanggalkan jabatannya itu. Ia terasa kepemimpinannya di Jakarta masih harus dilanjutkan.

Kendaran politik Ahok untuk Pilkada DKI 2017 sejauh ini merupakan 3 parpol dengan perolehan 24 kursi di DPRD DKI. Tetapi, Ahok masih tetap belum senang dengan koalisi itu. Banyak yang heran dengan sikap Ahok yang masihlah menanti serta melobi keputusan politik PDI-Perjuangan dalam pilkada itu.

Partai Golkar, Partai Hanura, serta Partai Nasdem sudah sepakat berkoalisi serta menyebutkan dukungannya untuk Ahok maju di pilkada. Langkah 3 parpol itu membuat Ahok terbuai serta akhirnya memutuskan untuk maju di jalur parpol setelah sebelumnya bersikeras maju di jalur perorangan dengan pertolongan relawan ” Teman Ahok “.

Mengenai PDI-P, dengan perolehan 28 kursi di DPRD, adalah hanya satu parpol yang mempunyai syarat kursi mencukupi untuk ajukan calon gubernur di perhelatan pilkada. Diperlukan 22 kursi untuk ajukan bakal calon gubernur serta wakil gubernur di Pilkada DKI 2017.

Butuh diingat, 3 parpol yang berjanji bakal jadi pengusung Ahok di pilkada ini telah berulang-kali menyebutkan koalisi itu tanpa syarat serta tak perlu jadi kader partai. Sekali lagi, TANPA SYARAT.

Agak mustahil muncul arti ini dalam pergaulan politik yang sarat kebutuhan, yang berarti mensupport dengan cara gratis, tanpa ada pamrih. Namun akal sehat saya lalu kembali memikirkan, jadi wajar, lantaran mereka yang bicara ini yaitu politikus, yang bicara hari ini A besok dapat beralih jadi Z.

Tidak dapat dipungkiri, lezat sekali janji yang didapatkan 3 parpol itu untuk mengusung Ahok bersama-sama bakal calon wakil gubernurnya, Heru Budihartono. Ticket Ahok untuk maju di Pilkada DKI 2017 telah di genggaman tangan.

Kenapa masihlah mengharapkan dari PDI-P?

PDI-P bukanlah sembarang partai, mereka miliki idealisme. Parpol ini adalah partai yang mempunyai sikap politik yang tegas serta terang.

Baca Juga : Pengurus PDIP Ramai Nyanyikan Ahok Pasti Tumbang

Saat mencatat, sejarah partai ini sejak mulai dibentuk oleh Megawati Soekarnoputri tak pernah tunduk pada desakan, juga pada kekalahan. Waktu menang di Pemilu 1999, PDI-P sempat ” merelakan ” Megawati tidak bisa diusung jadi Presiden RI, mereka malah dijegal oleh partai-partai yang suaranya lebih kecil lewat ” Poros Tengah ” bentukan Amien Rais.

Walau demikian, Megawati pada akhirnya sukses naik tampuk kekuasaan sesudah Abdurrahman Wahid di turunkan di tengah jalan oleh pihak yang sebelumnya membantunya naik ke tampuk pimpinan.

Tetapi, nasib baik tidak berlangsung lama. Si ” moncong putih ” alami kekalahan di Pemilu 2004 oleh partai yang berasal dari Orde Baru, Partai Golkar.

Lebih telak lagi, Megawati lalu dikalahkan dalam Pilpres 2004 oleh mantan anak buahnya di kabinet yang membentuk Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono.

Kalah di pertarungan Pileg serta Pilpres 2004, PDI-P juga memilih jalur sebagai oposisi. PDI-P ” puasa kekuasan ” di tingkat nasional sepanjang 1 periode kepemimpinan SBY.

Tidak cukup hingga di situ, PDI-P lalu coba bangkit dalam Pemilu 2009. Tetapi, lagi-lagi PDI-P mesti mengaku kedigdayaan SBY yang memenangkan Pemilu serta Pilpres 2009.

” Berpuasa ” 2 periode di kepemimpinan SBY cukup membuat PDI-P ” belajar “. Partai wong cilik ini lalu memperkuat mesin politiknya sampai tingkat daerah. Walau, PDI-P tak seutuhnya ” puasa kekuasaan “, lantaran kadernya di daerah banyak sebagai pemenang kontestasi lokal.

Posisi Megawati yang semakin kokoh sebagai ketua umum sejak partai ini berdiri dinilai sebagian pihak menunjukkan ada degenerasi di badan banteng. Namun, posisi trah Soekarno memang sulit tergantikan misal saja bukan Megawati yang memimpin.

Kesolidan PDI-P pada akhirnya berbuah manis, si moncong putih menang dalam Pemilu 2014 serta sukses meletakkan kadernya, Joko Widodo sebagai Presiden RI.

Pahit manis pengalaman membuat PDI-P seperti kaktus di gurun pasir, sulit dicabut, kuat. Sikap politik Megawati dengan ada sebagai oposisi mesti disadari sukses menarik suara.

Related posts

Leave a Comment