Kisah Pelarian Selama 5 Hari Umi Delima

Istri Komandan Mujahidin Indonesia Timur Santoso dengan kata lain Abu Wardah, Jumiatun dengan kata lain Umi Delima sukses melarikan diri saat baku tembak dengan Satuan Tugas Tinombala gabungan TNI-Polri pada Senin (18/7/2016) minggu lalu. Dalam baku tembak yang berlangsung di Desa Tambarana, Poso Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah itu Santoso serta satu diantara anak buahnya Muhtar tewas. Jumiatun sendiri setelah melihat suaminya tewas langsung melarikan diri. Dia melarikan diri setelah mengambil senjata SS2 yang dipegang oleh Santoso. " Jumiatun lari ke arah bukit yang penuh rumput lebat serta tinggi, " kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Ajun Komisaris Besar Hari Suprapto dalam info tertulisnya Senin (25/7/2016). Dalam perjalanan melarikan diri setelah terjadi kontak dengan Satgas Tinombala, Jumiatun dengan kata lain Umi Delima turun menuju sebuah sungai serta melalui kebun dengan maksud mencari perkampungan. Dia yang terpencar dari rombongan Basri, kehabisan bekal makanan serta kelaparan. Keadaan fisik Jumiatun sudah lemah serta tak dapat lagi membawa senjata. Senjata type SS2 yang di ambil dari Santoso itupun dia menyembunyikan di satu tempat yang terhalang rumput serta pepohonan. " Setelah itu selama 5 hari yang bersangkutan cuma ada di sekitar tempat dimana senjata SS2 itu disembunyikan, " kata Hari. Pada hari Sabtu, 23 Juli 2016 pagi, Jumiatun berjalan ke arah perkebunan. Saat itulah dia berjumpa dua warga yang akan pergi ke kebun coklat. Dua warga itu segera bertanya jati diri dirinya. " Jumiatun menjawab dengan terus terang kalau dianya adalah teroris yang selama ini di cari oleh aparat, " tutur Hari. Dua warga itu memberi saran agar Jumiatun turun serta menyerahkan diri pada aparat yang selanjutnya di setujui oleh wanita kelahiran Bima, Nusa Tenggara Barat 23 Oktober 1994 lalu itu. Setelah itu Jumiatun tangannya diikat oleh ke-2 warga itu serta dibawa turun untuk diserahkan pada aparat. Dalam perjalanan turun, Jumiatun serta ke-2 warga itu berpapasan dengan seorang warga lainnya. Jumiatun yang kelaparan lalu minta makan. Waktu dia makan, salah seseorang warga melaporkan keberadaan Jumiatun ke aparat dari Satgas Tinombala 2016. " Memperoleh laporan itu Petugas Satgas Tinombala 2016 segera mendatangi posisi Jumiatun setelah itu membawa ke Pos Sektor 1 terdekat. Setelah itu Tim Posko Bidang 1 mengadakan penanganan lebih lanjut, " tutur Hari. Jumiatun selanjutnya dibawa ke Palu untuk melakukan proses selanjutnya termasuk juga kontrol kondisi kesehatannya. Dikarenakan keadaan fisik pada umumnya belum stabil jadi dilakukan pengecekan serta perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Palu.

Rakyatmerdeka.co – News Istri Komandan Mujahidin Indonesia Timur Santoso dengan kata lain Abu Wardah, Jumiatun dengan kata lain Umi Delima sukses melarikan diri saat baku tembak dengan Satuan Tugas Tinombala gabungan TNI-Polri pada Senin (18/7/2016) minggu lalu. Dalam baku tembak yang berlangsung di Desa Tambarana, Poso Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah itu Santoso serta satu diantara anak buahnya Muhtar tewas.

Jumiatun sendiri setelah melihat suaminya tewas langsung melarikan diri. Dia melarikan diri setelah mengambil senjata SS2 yang dipegang oleh Santoso.

” Jumiatun lari ke arah bukit yang penuh rumput lebat serta tinggi, ” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Ajun Komisaris Besar Hari Suprapto dalam info tertulisnya Senin (25/7/2016).

Dalam perjalanan melarikan diri setelah terjadi kontak dengan Satgas Tinombala, Jumiatun dengan kata lain Umi Delima turun menuju sebuah sungai serta melalui kebun dengan maksud mencari perkampungan. Dia yang terpencar dari rombongan Basri, kehabisan bekal makanan serta kelaparan.

Keadaan fisik Jumiatun sudah lemah serta tak dapat lagi membawa senjata. Senjata type SS2 yang di ambil dari Santoso itupun dia menyembunyikan di satu tempat yang terhalang rumput serta pepohonan. ” Setelah itu selama 5 hari yang bersangkutan cuma ada di sekitar tempat dimana senjata SS2 itu disembunyikan, ” kata Hari.

Pada hari Sabtu, 23 Juli 2016 pagi, Jumiatun berjalan ke arah perkebunan. Saat itulah dia berjumpa dua warga yang akan pergi ke kebun coklat. Dua warga itu segera bertanya jati diri dirinya. ” Jumiatun menjawab dengan terus terang kalau dianya adalah teroris yang selama ini di cari oleh aparat, ” tutur Hari.

Dua warga itu memberi saran agar Jumiatun turun serta menyerahkan diri pada aparat yang selanjutnya di setujui oleh wanita kelahiran Bima, Nusa Tenggara Barat 23 Oktober 1994 lalu itu. Setelah itu Jumiatun tangannya diikat oleh ke-2 warga itu serta dibawa turun untuk diserahkan pada aparat.

Dalam perjalanan turun, Jumiatun serta ke-2 warga itu berpapasan dengan seorang warga lainnya. Jumiatun yang kelaparan lalu minta makan. Waktu dia makan, salah seseorang warga melaporkan keberadaan Jumiatun ke aparat dari Satgas Tinombala 2016.

” Memperoleh laporan itu Petugas Satgas Tinombala 2016 segera mendatangi posisi Jumiatun setelah itu membawa ke Pos Sektor 1 terdekat. Setelah itu Tim Posko Bidang 1 mengadakan penanganan lebih lanjut, ” tutur Hari.

Jumiatun selanjutnya dibawa ke Palu untuk melakukan proses selanjutnya termasuk juga kontrol kondisi kesehatannya. Dikarenakan keadaan fisik pada umumnya belum stabil jadi dilakukan pengecekan serta perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Palu.

Related posts

Leave a Comment