Amerika Tidak Akan Menarik Pasukan Dari Irak

Rakyatmerdeka.co – Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi mengatakan ia telah meminta Sekretaris AS Mike Pompeo untuk mengirim delegasi ke Baghdad. Ia meminta AS untuk menarik pasukan Amerika dari Baghdad.

Departemen Luar Negeri pada hari Jumat (10/1) menolak permintaan Irak untuk memulai diskusi mengenai penarikan pasukan. Mereka mengatakan bahwa setiap pasukan AS yang pergi ke Baghdad selama ketegangan tinggi tidak akan membahas mengenai penarikan pasukan. Namun, mereka akan mendiskusikan tentang seberapa besar kekuatan yang tepat di Timur Tengah.

Pernyataan dari Washington ini merupakan balasan langsung kepada PM Adel Abdul Mahdi dari Irak. Ini akan menambah ‘panas’ konflik antara dua negara tersebut.

PM Abdul mengatakan sebelumnya bahwa ia telah meminta Mike Pompeo untuk mengirim delegasi untuk membahas langkah-langkah untuk menarik sekitar 5.200 tentara Amerika dari Irak. Ini merupakan akibat dari serangan militer Amerika mematikan yang diperintahkan oleh Presiden Trump, dimana mereka telah melanggar kedaulatan negara tersebut.

“Kami dengan senang hati melanjutkan diskusi mengenai struktur militer yang tepat,” kata Pompeo. Ia menekankan bahwa misi AS di Irak adalah untuk melatih pasukan Irak untuk memerangi pasukan ISIS. Ia juga menambahkan bahwa AS akan melanjutkan misi itu.

Menekan permasalahan ini, Trump pada hari Jumat terdengar akan mengambil langkah untuk menarik pasukan AS dari konflik luar negeri. Ini berbanding terbalik dari apa yang Menteri Luar Negeri-nya katakan.

Dilansir dari media AS, Trump berbicara pada sebuah wawancara bahwa ia setuju untuk membawa pulang pasukan AS dari Irak.

Anggota parlemen Irak mengeluarkan suara pada hari Minggu (5/1) untuk mengusir pasukan AS dari Baghdad. Pasalnya, serangan pesawat tak berawak AS telah menewaskan 10 orang dalam konvoi 2 mobil. Mayjen Qassim Suleimaini yang merupakan komandan top Iran, 4 pembantu Iran, dan 5 warga Irak, termasuk pemimpin senior milisi Abu Mahdi al-Muhandis tewas dalam serangan tersebut.

PM belum menandatangani RUU tersebut. Namun, telah mengkritik kehadiran pasukan AS di Irak sejak serangkaian tindakan baru-baru ini yang dilakukan oleh militer AS.

Baca Juga: Patung Lilin Meghan Markle Dan Pangeran Harry Dipindahkan

Serangan tersebut membuat warga setempat marah, dimana negara tetangga Iran memiliki pengaruh yang sangat besar. Konsekuensi tindakan tersebut pun terus bergolak di Timur Tengah. Petinggi negara tersebut pun mengatakan bahwa AS sudah melanggar kedaulatan negara mereka, baik dengan serangan itu maupun serangan udara yang dilakukan pada tanggal 29 Desember di 5 lokasi yang berbeda di Irak dan Suriah. Dimana serangan 29 Desember itu menewaskan setidaknya 25 anggota milisi dan sedikitnya 50 orang sudah terluka. Pemerintah AS mengatakan serangan itu merupakan tanggapan atas kematian seorang penerjemah Amerika di Irak dalam serangan roket tanggal 27 Desember oleh milisi yang didukung Iran yang dipimpin oleh al-Muhandis, yang disebut Kataib Hezbollah. Namun, milisi tersebut menolak tuduhan dan menolak bertanggung jawab.

PM Adel Abdul Mahdi menyatakan bahwa ia keberatan dengan dua pelanggaran kedaulatan negaranya. Ini merujuk pada kedua serangan pesawat tak berawak AS pada 3 Januari. di Bandara Internasional Baghdad dan serangan balasan rudal yang dilakukan Iran hari Rabu (8/1) di pangkalan Irak yang menampung militer AS.

Related posts