YouTuber Bikin Ulasan yang Salah, Restoran Ini Sampai Tutup

YouTuber Bikin Ulasan yang Salah, Restoran Ini Sampai Tutup

Rakyat Merdeka — Seorang YouTuber sekaligus pengulas makanan asal Korea Selatan, HayanTree, mendapat kecaman yang luas karena memberikan ulasan yang salah terhadap sebuah restoran.

Karena kesalahannya itulah restoran tersebut mendapatkan dampak yang negatif dan terpaksa menutup bisnisnya sebagaimana dilansir dari Oddity Central, Senin (21/12/2020).

Cerita bermula pada 7 Desember. Ketika itu, HayanTree yang memiliki lebih dari 700.000-an subscriber di YouTube, mengunggah video yang mengulas restoran kepiting berbumbu kecap asin sepuasnya di Daegu, Korea Selatan.

Pada satu momen, HayanTree hendak menambambah porsi makannya dan melihat ada butiran nasi di bumbunya. Dia menjadi curiga bahwa restoran tersebut mungkin menggunakan kembali makanannya yang tidak terjual.

Ulasan kontroversial itu dengan cepat menjadi viral, mendapatkan lebih dari 1 juta penayangan dalam hitungan hari. Video ulasan tersebut lantas memengaruhi restoran yang diulas HayanTree sehingga harus tutup beberapa hari kemudian.

Pemilik restoran tersebut lantas membantah tuduhan HayanTree dengan memberikan komentar yang dipublikasikan oleh The Korea Herald.

“Dalam waktu kurang dari dua hingga tiga jam setelah YouTuber itu mengunggah video itu, anggota staf kami beberapa kali meninggalkan penjelasan di kolom komentar bahwa kami tidak menggunakan kembali makanan kami,” kata pemilik restoran.

“Kami dapat memberikan seluruh rekaman dari kamera keamanan, tetapi komentar kami diblokir sehingga yang lain orang tidak bisa melihat mereka,” sambungnya.


Rekaman keamanan yang disebutkan pengusaha tersebut akhirnya menunjukkan bahwa butiran beras yang diketahui HayanTree berasal dari hidangan sebelumnya yang dia makan. HayanTree lantas mengakui kesalahannya dan menghapus ulasan negatifnya, serta mengunggah video permintaan maaf sebagai gantinya.

“Saya meminta maaf kepada pemilik restoran karena membuat video tersebut tanpa memikirkan dampaknya,” kata HayanTree dalam video klarifikasinya.

“Saya seharusnya membuat video dengan fakta yang akurat dan saya benar-benar minta maaf atas ketidaktahuan saya,” imbuhnya.

Namun, penghapusan video ulasan negatif dan adanya video klarifikasi tersebut tidak banyak membantu restoran itu.

Itu karena pemilik restoran mengeklaim bahwa pada saat HayanTree kembali untuk merekam video lain, bisnis tersebut sudah tutup.

“Saat YouTuber datang untuk syuting lagi, kami sudah tutup,” kata pemilik restoran itu.

“Saya sangat frustrasi dan ingin tahu apakah mungkin untuk mencegah pelecehan dan tirani YouTuber, dan saya mengajukan petisi untuk undang-undang dan peraturan agar wiraswasta dapat dengan nyaman fokus pada bisnis mereka,” imbuhnya.

Selasa lalu, pemilik restoran yang dirugikan tersebut membuat petisi nasional dan mengunggahnya di situs web Cheong Wa Dae.

Dia melampiaskan kekesalannya tentang bagaimana HayanTree menangani situasi tersebut dan meminta pihak berwenang untuk campur tangan dan mengatur kekuasaan YouTuber sehingga bisnis lain tidak mengalami nasib yang sama.

Akibat ulasan yang salah tersebut, subscriber HayanTree turun dari sekitar 700.000-an menjadi 645.000-an. Namun, HayanTree belum mengalami konsekuensi nyata atas ulasannya yang salah tersebut, selain kehilangan beberapa subscriber.

Di Korea Selatan, cerita ini memicu perdebatan tentang besarnya pengaruh para pesohor media sosial dan kurangnya regulasi di bidang ini.

Related posts