Berusaha Hamil Selama Setahun, Wanita Ini Ternyata Terlahir Pria

Berusaha Hamil Selama Setahun, Wanita Ini Ternyata Terlahir Pria

Rakyat Merdeka — Seorang wanita di China, yang berusaha ikut program hamil selama setahun terakhir, saat dia ternyata dilahirkan sebagai pria.

Perempuan itu disebut mempunyai kromosom Y, meski mempunyai alat kelamin dan hidup sebagai perempuan. Kondisi itu terungkap ketika si perempuan yang identitasnya hanya disebutkan Pingping itu mengalami cedera engkel.

Wanita yang sudah menikah itu kemudian menjalani pemeriksaan sinar X, di mana terungkap dia sebenarnya pria.

Kepada South China Morning Post, pemeriksaan itu mengungkap mengapa dia tidak pernah menstruasi dan hamil. Dokter di rumah sakit setempat menuturkan, kini Pingping tengah memikirkan untuk mengganti identitas kelamin.

Dilansir dari laman Daily Mail, pada Jumat (12/3/2021), Pingping mengalami kondisi yang disebut “kelainan perkembangan seksual 46 XY”.

Secara singkat, kondisi itu menjelaskan orang dengan kromosom pria mempunyai alat kelamin yang ambigu, atau terbelakang. Karena Pingping mempunyai organ kewanitaan, dia tak mempertanyakan gendernya dan tak mempersoalkan jika belum datang bulan.

Saat kecil, ibunya membawanya ke dokter di mana dia diberi tahu perkembangannya mungkin lambat dibanding gadis sebayanya.

“Semakin saya beranjak dewasa, saya menemukan isu ini cukup memalukan. Jadi, saya tak terlalu memedulikannya,” ujar dia.

Sosok berusia 25 tahun itu baru mengetahui jenis kelaminnya saat dokter memeriksa cedera engkelnya. Oleh tim medis, Pingping mengetahui dia selama ini tidak punya rahim. Menjelaskan mengapa upayanya untuk hamil selama setahun terakhir gagal.

Namun, Pingping juga tidak mempunyai alat kelamin pria. Dokter menduga organ itu sempat ada tetapi “merosot dan berhenti berkembang”.

Medis juga mengatakan, keluarga Pingping seharusnya melakukan pemeriksaan lebih detil saat dia kecil. Rumah sakit di China itu menyatakan, mereka kini merawat Pingping tekanan darah tinggi. Namun, dia harus mendapat bantuan profesional terkait kelaminnya.

“Butuh waktu lama membangun peran sosial dan merekonstruksi keluarga, yang tentunya adalah proses menyakitkan,” kata dokter ahli kejiwaan setempat.

Related posts